Dorong IID, Bappedalitbang Banjar Gelar Penguatan Kapasitas Inovasi
MARTAPURA, InfoPublik - Dalam rangka memperkuat inovasi daerah serta meningkatkan Nilai Indeks Inovasi Daerah (IID), Pemerintah Kabupaten Banjar melalui Bappedalitbang melakukan Penguatan Kapasitas Inovasi Daerah.
Kegiatan mengusung tema “Sinergi Pembangunan Daerah Melalui Penguatan, Evaluasi dan Updating Inovasi Dalam Upaya Meningkatkan Nilai Indeks Inovasi Daerah Berbasis Asta Cita dan SDGs di Kabupaten Banjar" menjadi bagian strategis dalam mendorong budaya inovasi yang adaptif dan berkelanjutan di lingkungan pemerintah daerah.
Kegiatan ini dibuka Kepala Bappedalitbang Kabupaten Banjar, Nashrullah Shadiq, bertempat di Aula Dinas Pendidikan Kabupaten Banjar, Kamis (18/12/2025).
Kegiatan ini dihadiri oleh akademisi dari Universitas Lambung Mangkurat Hesty Heryani dan Syahruddin, selain itu juga dihadiri akademisi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Cahyono Susetyo, pimpinan dan perwakilan perangkat daerah, kepala sekolah tingkat menengah, para inovator Kabupaten Banjar, serta narasumber dari Badan Strategi Kebijakan Dalam Negeri (BSKDN) Kemendagri, Aldo Harjunanto.

Nashrullah Shadiq menegaskan bahwa inovasi saat ini bukan lagi sekadar pilihan, melainkan kebutuhan yang tidak dapat ditawar dalam menghadirkan pelayanan publik yang lebih cepat, mudah, dan berkualitas.
Ia menekankan pentingnya kemampuan daerah untuk terus adaptif terhadap perubahan serta melahirkan terobosan yang memberikan manfaat nyata bagi masyarakat.
“Inovasi yang kita bangun harus selaras dengan arah kebijakan nasional melalui Asta Cita serta mendukung pencapaian SDGs, sehingga dampaknya benar-benar dirasakan oleh masyarakat,” ujarnya.
Lebih lanjut, Nashrullah mengungkapkan bahwa capaian Indeks Inovasi Daerah Kabupaten Banjar menunjukkan tren yang positif dalam beberapa tahun terakhir dan tetap berada dalam kategori Kabupaten Inovatif. Ia mengajak seluruh perangkat daerah dan inovator untuk tidak hanya berfokus pada jumlah inovasi, tetapi juga pada kualitas, keberlanjutan, serta kelengkapan data dukung.
“Inovasi itu tidak cukup banyak, tetapi harus berkualitas, berkelanjutan, dan memberikan manfaat nyata bagi masyarakat,” ajak Nashrullah kepada seluruh peserta.

Sementara itu, Aldo Harjunanto dari BSKDN Kemendagri dalam paparannya menyampaikan evaluasi capaian inovasi daerah Kabupaten Banjar Tahun 2025, termasuk tantangan serta strategi peningkatan Nilai Indeks Inovasi Daerah Tahun 2026. Ia memberikan wawasan teknis kepada para inovator terkait pentingnya pelaporan inovasi yang terstruktur, berbasis evidence, serta relevan dengan indikator penilaian IID.
“Inovasi daerah harus memiliki kebaruan, manfaat, dan dapat direplikasi, serta didukung data yang valid agar mampu meningkatkan daya saing daerah,” jelas Aldo.

Dalam sesi diskusi, sejumlah peserta menyoroti tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan dan pelaporan inovasi, mulai dari keterbatasan pemahaman teknis hingga penguatan kolaborasi lintas sektor.(Ione/Brigade Bappedalitbang)
