
Suasana Haru dan Hangat Warnai Haul ke-217 Ratu Siti Fatimah di Desa Balau
KARANG INTAN Infopublik– Suasana penuh khidmat dan kebersamaan menyelimuti Desa Balau, Kecamatan Karang Intan, saat ratusan warga dan peziarah dari berbagai daerah berkumpul untuk mengikuti Haul ke-217 Ratu Siti Fatimah, Sabtu (9/8/2025).
Acara yang digelar setiap tahun ini tak hanya menjadi momen spiritual untuk mengenang sosok Ratu Siti Fatimah, tetapi juga ajang silaturahmi dan pelestarian nilai-nilai sejarah lokal yang mulai jarang terdengar.
Haul dimulai sejak pagi dengan pembacaan maulid habsyi dan doa bersama, dilanjutkan dengan ceramah agama yang mengupas keteladanan Ratu Siti Fatimah sebagai tokoh perempuan tangguh dan inspiratif dalam sejarah Kalimantan Selatan.
Nama Ratu Siti Fatimah memang tak sepopuler pahlawan nasional, namun bagi masyarakat Karang Intan dan sekitarnya, beliau adalah simbol kekuatan, keteguhan hati, dan kecintaan pada tradisi.
Lahir di Keraton Bumi Kencana, Martapura, pada tahun 1781, Ratu Siti Fatimah merupakan putri dari Pangeran Muhammad Yusuf dan Ratu Kasuari.
Sejak kecil, hidupnya penuh dinamika. Ia tumbuh di berbagai tempat Banua Anyar, Kecamatan Astambul, lalu Takuti , hingga akhirnya menetap di kawasan Cabi, Kecamatan Simpang Empat, hingga sampai ke Desa Balau Kecamatan Karang Intan.
Di balik kepribadiannya yang tenang, Ratu Siti Fatimah dikenal ulet dan memiliki keterampilan memasak yang luar biasa.
Salah satu warisan kulinernya yang masih hidup hingga kini adalah masak asam ayam kampung sambilikan.
Sambilikan sendiri adalah tanaman rambat yang banyak tumbuh di kawasan Padang Keraton sebuah dataran bersejarah yang dulunya dipenuhi pohon karang munting.
Uniknya, nama “Karangmunting” bukan sekadar nama. Karang berarti tempat berlindung, dan “munting” berasal dari kata “maunting”, yang berarti mengintai.
Dahulu, dataran ini diyakini sebagai titik strategis bagi para prajurit untuk mengintai musuh dari kejauhan sebuah warisan taktis yang kini hanya tersisa dalam cerita.
Tak hanya menghadirkan sisi religius, haul ini juga menjadi pengingat akan pentingnya menjaga sejarah lokal yang mulai terlupakan.
Para tokoh adat dan pemuda Desa pun berharap acara ini terus menjadi agenda tahunan yang tak hanya mempererat hubungan antarmasyarakat, tetapi juga memperkuat identitas budaya lokal.
“Haul Ratu Siti Fatimah bukan sekadar mengenang, tapi juga momen untuk kita belajar dari keteladanan beliau. Beliau perempuan tangguh yang mampu menempatkan dirinya di tengah dinamika zaman,” ujar salah satu tokoh masyarakat Desa Balau.
Sementara itu, warga yang hadir pun tampak antusias. Tak sedikit yang datang bersama keluarga, membawa makanan untuk dibagikan, atau sekadar berziarah ke makam sang ratu yang terletak tak jauh dari lokasi acara.(IP Kab Banjar Brigade Karang Intan/Hernadi)