*Kabupaten Banjar Perangi LSD, Sosialisasi dan Vaksinasi Jadi Senjata Utama*
MARTAPURA, InfoPublik - Merebaknya penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) yang dikenal di masyarakat dengan sebutan penyakit *Lato-lato* telah mengancam populasi ternak di Indonesia. Hal ini mendorong Pemerintah Kabupaten Banjar untuk bertindak cepat.
Dalam upaya menjaga kesehatan dan produktivitas ternak di wilayah Kabupaten Banjar, Dinas Pertanian (Distan) melalui Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner (Keswan dan Kesmavet) beserta tim Puskeswan Mangkauk bekerja sama dengan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Sambung Makmur menggelar sosialisasi di pertemuan Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kecamatan Sambung Makmur sebagai salah satu lumbung ternak sapi, Selasa (24/12/2024).
LSD, penyakit kulit menular pada sapi dan kerbau yang disebabkan oleh LSD Virus , memang menjadi momok baru bagi para peternak. Penyakit ini tidak hanya menyebabkan penurunan produksi susu dan daging, namun juga dapat menyebabkan kematian pada hewan ternak yang terinfeksi jika tidak segera ditangani. Hal ini tentu saja berdampak signifikan terhadap perekonomian peternak, terlebih bagi Kabupaten Banjar yang memiliki potensi besar dalam sektor peternakan.
Kepala Bidang Keswan dan Kesmavet, drh Lulu Vilavardi menyatakan kami sangat serius dalam upaya pencegahan LSD, lewat Sosialisasi seperti ini langkah awal yang penting untuk meningkatkan kesadaran peternak akan bahaya LSD, cara-cara pencegahan serta pengobatannya," tegas Lulu.
Dalam sosialisasi tersebut, para peternak diberikan pemahaman yang komprehensif mengenai LSD, mulai dari gejala klinis, cara penularan, hingga upaya pencegahan. Salah satu upaya pencegahan yang paling efektif adalah melalui vaksinasi. Vaksinasi merupakan kunci utama dalam mencegah penyebaran LSD.
"Kami berharap seluruh peternak dapat segera memvaksinasi ternak mereka," ujar Lulu.
Selain vaksinasi, upaya pencegahan lainnya yang juga ditekankan adalah peningkatan biosecurity peternakan. Hal ini meliputi menjaga kebersihan kandang, melakukan desinfeksi secara teratur, serta membatasi kunjungan orang atau hewan dari luar kandang.
Kegiatan sosialisasi ini mendapat dukungan penuh dari berbagai pihak, termasuk Camat serta Forkopimcam, Koordinator Balai beserta PPL Sambung Makmur, serta para peternak itu sendiri.
Meskipun sosialisasi telah dilakukan, masih banyak tantangan yang harus dihadapi dalam upaya pencegahan LSD. Salah satu tantangan terbesar adalah kesadaran peternak yang masih harus ditingkatkan mengenai pentingnya vaksinasi pada ternak. Selain itu, keterbatasan sumberdaya petugas juga menjadi kendala dalam pelaksanaan program vaksinasi secara massal.
Namun demikian, drh Lulu Vilavardi optimis bahwa dengan kerja sama yang baik antara pemerintah, peternak, dan seluruh stakeholder terkait, penyebaran LSD dapat dikendalikan.
"Kami berharap dengan adanya kegiatan sosialisasi seperti ini, para peternak semakin termotivasi untuk ikut serta dalam upaya pencegahan LSD," pungkas Lulu. (Brigade Distan Asep Yusuf, Syaripuddin)